liputaninvestigasi.com - Dari pertama Nova Iriansyah menjabat sebagai plt dan dilantik menjadi Gubernur Aceh menggantikan Irwandi Yusuf, pub...
liputaninvestigasi.com - Dari pertama Nova Iriansyah menjabat sebagai plt dan dilantik menjadi Gubernur Aceh menggantikan Irwandi Yusuf, publik Aceh selalu dihebohkan dengan berbagai isu dan problem. Bahkan saat masa jabatan akan habis, Nova dianggap selalu membuat prank dengan berbagai kebijakan yang membuat rakyat Aceh geram.
Jika dilihat dari track record, semenjak menjadi Plt Gubernur Aceh, pertama publik dihebohkan dengan persoalan antara Nova Iriansyah dan Edi Obama mengenai persoalan hutang dan piutang hingga dituding "Nova Iriansyah sebagai Pemimpin Zhalim dan Munafik"
Baca Juga:
Selain Salah Dan Kejam, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah Juga Dituding Pemimpin Zhalim Dan Munafik
Tak hanya disitu, isu lain juga muncul, Nova Iriansyah saat itu diduga ikut bermain dibalik penangkapan Irwandi. Dianggap ada konspirasi politik dibalik penangkapan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf saat itu.
BACA JUGA:
Pembangunan dan Silpa, 2 Tahun Pemerintahan Irwandi-Nova, Nasir Djamil: Harus Ada Evaluasi
Terkait Pernyataan Irwandi Yusuf, Mualem Membisu, Ada Apa?
Setelah itu muncul isu lain, bahwa Nova Iriansyah telah melantik mertua istri baru, bahkan Fraksi PNA sendiri soroti Plt Gubernur Aceh karena beristri dua, diduga Yunita Arafah adalah istri kedua Nova Iriansyah, merupakan salah satu Aparatur Sipil Negara (ASN) di Unsyiah atau USK Banda Aceh.
Kemudian muncul lagi program yang membuat masyarakat Aceh gerah, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah saat itu mengeluarkan kebijakan stickering BBM. Berbagai tokoh dan elemen masyarakat mengecam dan menolak kebijakan tersebut karena dianggap kebijakan konyol.
Bahkan DPRA saat itu juga Interpelasi Plt Gubernur Aceh. Alasannya, kebijakan Nova tentang pemasangan stiker konsumsi pemakaian Premium dan solar bersubsidi pada mobil sesuai dengan Surat Edaran Gubernur Aceh Nomor 504/9186 tahun 2020 tentang Stiker BBM Bersubsidi. Dinilai kebijakan tersebut telah membebani dan meresahkan masyarakat sebagaimana ketentuan Pasal 4 huruf c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
BACA JUGA:
YARA Ingatkan Plt Gubernur Aceh Stop Keluar Negeri
YARA : Plt Gubernur Jangan Kecilkan Kewenangan Aceh Kelola Migas
Tuntut Kesejahteraan Rakyat, Ratusan Massa APPA Demo Gubernur Aceh
Nova juga dianggap pemimpin otoriter dan tidak menghadiri sidang paripurna DPR Aceh untuk penyampaian Rancangan Qanun Aceh tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBA tahun Anggaran 2019. Ditambah lagi dengan isu proyek multiyears yang telah dibatalkan DPRA dan tanpa berdasarkan persetujuan atau rekomendasi DPRA tetapi tetap dilanjutkan.
Bahkan saat itu DPRA ingin memakzulkan Plt Gubernur Aceh, walaupun itu ternyata hanyalah prank DPRA, tetapi isu itu membuat heboh publik, masyarakat Aceh dibuat geram dan muak, karena seharusnya prestasi dan keberhasilan yang diperlihatkan kepada rakyat bukan malah sebaliknya, Pemerintah Aceh dengan DPRA sibuk membenarkan diri dan saling bersiteru.
BACA JUGA:
Nova: Saya Tidak Anti Kritik tapi Saya Anti Hoax!
Azhari Cage Minta Nova Iriansyah Jangan Over Acting
Kemudian, tak kalah heboh juga mengenai Pemerintah Aceh ingin membeli 4 unit pesawat N219, anggaran mencapai Rp336 milyar dan mobil dinas mencapai Rp100 milyar. Rencana itu juga ditantang oleh berbagai pihak, karena dianggap kebijakan tersebut sangat melukai hati rakyat Aceh.
BACA JUGA:
Mobil Dinas Rp100 Milyar dan Pesawat Rp336 Milyar, Aceh Hebat Apa Aceh Sesat?
Pesawat Dhuafa Airline dan Mobil PO Dhuafa Mendarat di Gedung DPRA
APAM Gelar Aksi, Minta Penegak Hukum Tangkap Pejabat Korupsi
Padahal sebelumnya, publik Aceh baru saja dihebohkan dengan batalnya pembangunan rumah dhuafa, ditambah lagi dengan isu rencana pembelian pesawat dan mobil dinas. Kebijakan itu membuat reaksi dari berbagai pihak hingga dituding Plt Gubernur Aceh tidak pro terhadap Rakyat.
Setelah itu muncul kembali isu yang unik, pada saat kedatangan presiden Jokowi ke Aceh. Gaya Nova membungkuk dihadapan Jokowi membuat heboh sejagat Aceh, fotonya viral dimedia sosial dan menjadi pembicaraan masyarakat dengan berbagai komentar karena dianggap gaya Nova sangat berlebihan.
BACA JUGA:
Gubernur Nova Mestinya Laporkan Tingginya Korupsi dan Kemiskinan di Aceh ke Jokowi, Bukan Membungkuk
Aceh Punya Otsus Berlimpah, Mahasiswa Kecewa dengan Pemerintah
Selama perjalanan Nova Iriansyah dari Plt hingga menjadi Gubernur Aceh, berbagai isu dan problem terus terjadi, seperti program Apendix, kapal Aceh Hebat hingga kedatangan KPK ke Aceh dan persoalan Investor. Sepertinya Nova selalu dianggap salah, karena dari berbagai kalangan masyarakat terus mengguyur kritikan terhadap mantan Ketua Demokrat Aceh tersebut.
Bahkan yang lebih menghebohkan atas sindiran prestasi Nova Iriansyah karena dianggap berhasil membawa Aceh menjadi daerah termiskin Se-Sumatera dengan puluhan papan bunga di depan kantor Gubernur Aceh saat itu.
BACA JUGA:
Perusahaan Kerajaan Abu Dhabi Tertarik Investasi Non Migas di Aceh
Partai Aceh Sindir Mutasi Kepala Dinas Keuangan
Persoalan Aceh Termiskin Kesalahan Nova?, Ini Pandangan Pengamat Ekonomi
Di tahun 2021, dibawah pimpinan Nova Iriansyah, Aceh kembali mendapatkan gelar sebagai daerah termiskin Se-Sumatera. Di akhir tahun, rakyat Aceh juga dihebohkan dengan Silpa mencapai Rp2 triliun lebih. atas peristiwa tersebut mengundang reaksi dari berbagai kalangan masyarakat, dituding Nova Iriansyah tidak mampu, salah kebijakan, tidak pro rakyat dan kesalahan dalam penggunaan anggaran.
BACA JUGA:
Persoalan Kemiskinan, Pemerintah Aceh Harus Berbenah Jangan Disibukkan Fee
Aceh Kembali Jadi Provinsi Termiskin di Sumatera, Civil Society: Kita Kecewa Berat
YAK : Antara Aceh Hebat dan Bereh, Aceh Kembali Jadi Juara Termiskin di Sumatera
Tidak lama lagi jabatan Nova Iriansyah sebagai Gubernur Aceh akan berakhir. Seharusnya dipenghujung jabatan. Nova Iriansyah meninggalkan Legacy atau kenangan yang dikenang dan dibanggakan masyarakat Aceh. Tetapi malah Nova dianggap menggoreskan hati masyarakat Aceh karena ingin menghapuskan program JKA yang benar-benar dibutuhkan masyarakat saat berobat.
Kebijakan tersebut menjadi pembicaraan diberbagai kalangan masyarakat, banyak pihak yang menentang dan tidak setuju jika JKA dihapuskan. Nova Iriansyah dituding berkhianat terhadap rakyat Aceh, karena program JKA adalah janji kampanye Irwandi-Nova, yang seharusnya semakin diprioritaskan bukan malah dihilangkan.
BACA JUGA:
Terkait JKA Dihentikan, Nasir Djamil: Nova Harus Meninggalkan Legacy, Bukan yang Sudah Ada Dihapus
Tgk Muslim At Thahiri merupakan salah satu tokoh Aceh, yang dikenal kritis dan berani menyampaikan berbagai aspirasi masyarakat dan sering menantang kebijakan yang tidak pro terhadap ummat, mengaku tidak setuju jika JKA dihapuskan.
"Seharusnya JKA bukan dihapus tapi ditambah pelayanan, bukan menghilangkan yang telah ada, jangan semua hak hak rakyat pelan - pelan dihapus," kata Tgk Muslim kepada media ini, Kamis 18 Maret 2022.
Ketua Ikatan Muslim Aceh Meudaulat (IMAM) mempertanyakan kebijakan tersebut, kenapa Gubernur Aceh mencabut hak rakyat dan ada kepentingan apa dibalik dihentikan JKA tersebut. "Kami heran, siapa yang bermain dibelakang gubernur, karena kok tega Gubernur mencabut hak rakyat, ada kepentingan apa dan pesanan siapa?" tanya Tgk Muslim.
"Harapan kami pemimpin harus jadi pemimpin, bukan jadi budak orang lain, yang pilih pemimpin adalah rakyat bukan atasan maka utamakan hak rakyat," tegasnya.
BACA JUGA:
JKA Perjuangan Partai Aceh, Muallem Minta Ketua DPRA Dipertahankan
Tidak Sepakat JKA Dihentikan, Akademisi Dr Amri: Pemerintah Jangan Buat Persoalan Baru di Aceh
Saat disinggung apakah akan menggelar aksi jika JKA benar-benar dihapuskan, penasehat FPI Aceh itu mengaku pihaknya kembalikan ke rakyat dan berharap rakyat tidak diam dan wajib melawan kezhaliman.
"Kita kembalikan ke rakyat, artinya rakyat wajib melawan semua kezhaliman. Kami mengharapkan semua rakyat Aceh untuk buka mata melihat kezhaliman dan jangan cuma diam melihat kezhaliman, yang mampu dengan doa, ayo doakan agar kezhaliman segera hilang," demikian tutup Tgk Muslim At Thahiry.
Penulis: Fauzan Pimpinan Redaksi