liputaninvestigasi.com - Tidak ada yang gratis, semua harus diperhitungkan, yang penting untung walaupun seribu rupiah. Itulah jiwa seorang ...
liputaninvestigasi.com - Tidak ada yang gratis, semua harus diperhitungkan, yang penting untung walaupun seribu rupiah. Itulah jiwa seorang pedagang dan pembisnis. Setiap apa yang dilakukan dan diberikan kepada orang lain harus jelas cash back dan keuntungan yang diterima dan tidak peduli walaupun merugikan orang lain. Seperti halnya rumah rehab yang saat ini sedang gencar dikerjakan terutama di Kabupaten Bireuen. Minggu 28 November 2021.
Rumah rehab yang sedang dikerjakan di berbagai Kabupaten Kota dapil 2 kabarnya aspirasi Ruslan M Daud. Bahkan sebagian rumah tersebut dibeli HRD dari anggota DPR RI lain untuk dibawa pulang ke Aceh. Diduga telah terjadi penyimpangan atau mark up anggaran dan penipuan yang berkedok membantu warga. Padahal, hanya untuk memuluskan hasratnya untuk mencari keuntungan di balik modus rumah rehab tersebut.
Menurut dalam RAB yang diterima media ini, harga papan saja mencapai Rp126.000, jika dilihat dari kualitas papan diperkirakan harganya hanya sekitar Rp 50 ribu karena harga papan Rp80 ribu saja dipasaran sudah sangat bagus kualitas begitu juga dengan material lainnya, diduga kuat telah terjadi penyimpangan.
Dari harga papan sangat jauh selisih dan tak sebanding dengan kualitas. Jika satu papan diperkirakan harganya sekitar Rp50.000. Sedangkan harga RAB mencapai Rp126.000 maka satu papan saja menghasilkan Rp70.000. Jika dikalikan 10 ribu kubit papan akan menghasilkan keuntungan mencapai Rp52 milyar lebih.
Ini seperti praktek bisnis yang sangat menguntungkan, diduga kuat tak lepas peran dari Ruslan M Daud sebagai anggota DPR RI dari Partai PKB sebagai pemilik aspirasi dan juga sebagai pembeli rumah rehab dari anggota DPR lain untuk dibawa pulang ke Aceh demi mendapat keuntungan yang lebih besar.
BACA JUGA:
Selain Salah Dan Kejam, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah Juga Dituding Pemimpin Zhalim Dan Munafik
Mobil Dinas Rp100 Milyar dan Pesawat Rp336 Milyar, Aceh Hebat Apa Aceh Sesat?
Kenapa hak orang miskin terpangkas? mari kita kalkulasikan. Menurut hasil investigasi media ini. Anggaran rumah rehab mencapai Rp 20 juta, bagi yang ingin menjadi rekanan rumah rehab harus menyetor Rp2 juta, sisanya Rp18 juta dan ada setoran lagi katanya untuk pihak lainnya mencapai Rp800 ribu hingga Rp 1 juta, maka sisanya menjadi Rp17 juta. Ongkos tukang Rp. 2.500.000. Sisanya menjadi Rp 14.500.000.
Dari sisa Rp14.500.000 tersebut barang dan material harus dibeli dari toko bangunan untuk diserahkan kepada penerima rumah rehab, disitulah para rekanan maupun tim HRD harus memainkan harga material. Begitu juga dengan harga papan supaya mendapat untung lebih dari modal yang sudah dikeluarkan. Sehingga terpaksa para tim maupun rekanan membeli material yang berkualitas rendah supaya mendapat untung yang lebih besar.
Tak hanya itu, ada juga pihak yang memainkan dari barang. Material yang diserahkan kepada penerima rumah rehab dikurangkan. Sehingga penerima terpaksa harus mengeluarkan uang pribadi untuk menambah bahan material maupun ongkos tukang.
Hal ini terjadi disebabkan karena diduga adanya setoran hingga mencapai Rp3 juta, sehingga tim atau rekanan harus mendapatkan keuntungan lebih dari Rp3 juta. Dari papan saja setiap rumah akan menghasilkan keuntungan mencapai Rp5 juta, jika dikalikan 10.000 rumah rehab saja akan mendapat keuntungan mencapai Rp 50 milyar, belum lagi dari material lainnya.
Inilah yang menyebabkan hak orang miskin terpangkas. Tak hanya itu masyarakat juga sangat dirugikan. Karena para penerima tidak dapat menerima rumah rehab lagi, kecuali 2 atau 3 tahun kedepan karena dianggap sudah pernah mendapatkan bantuan rumah rehab walaupun hanya senilai Rp10 juta. Bahkan mereka sebagai penerima rumah rehab terpaksa harus mengeluarkan uang sendiri untuk memperbaiki yang lainnya karena rusak, akibat rumah yang sudah dibongkar sedangkan anggaran bantuan itu tidak mencukupi.
BACA JUGA:
Terkait Bimtek Cakap Tak Sesuai Fakta, Anggota DPRK: Bupati Tidak Usah Takut
Muzakkar Diminta Serius Peduli Bireuen, Anggota DPRK: Seolah Rakus ingin Memimpin Sendiri
Salah satu penerima di Bireuen mengaku harus mengeluarkan uang pribadi untuk membeli bahan material begitu juga ongkos tukang harus ditambahkan. "Banyak yang harus dibeli dengan uang sendiri dan kami juga terkejut melihat papan saat diantar kesini," kata penerima rumah tersebut yang meminta agar menyembunyikan identitasnya.
Hasil penelusuran media ini ke sejumlah rumah di Bireuen, banyak ditemukan kejanggalan. Pasalnya pihak penerima juga merasa takut saat didatangi dan ditanya-ditanya mengenai bantuan tersebut, bahkan mereka meminta untuk tidak mencantumkan namanya dan juga untuk tidak mengambil foto rumahnya. Diduga bisnis rumah rehab Ruslan M Daud bersama para tim terjadi dengan terstruktur dan sistematis yang melibatkan banyak pihak-pihak tertentu.
Terkait dugaan tersebut hanya pihak penegak hukum yang dapat mengusut, apakah benar sudah terjadi penyimpangan, menyalahi aturan dan merugikan uang negara untuk memperkaya diri dan kelompok serta dugaan lainnya seperti mark up anggaran, setoran atau fee dan lain sebagainya.
Mengenai hal itu juga, media ini belum mendapatkan klarifikasi dari Ruslan M Daud serta pihak lainnya yang terlibat. Sambil menunggu klarifikasi dan jawaban berita ini ditayangkan.
Penulis: Pimpinan Redaksi Fauzan