Bireuen – Program bantuan rumah layak huni yang bersumber dari Dana Desa Samuti Rayeuk, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen, tahun 2023 m...
Bireuen – Program bantuan rumah layak huni yang bersumber dari Dana Desa Samuti Rayeuk, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen, tahun 2023 menuai sorotan tajam dari masyarakat.
Salah satu rumah bantuan yang diperuntukkan bagi Azhari, warga setempat, hingga kini belum dihuni karena kondisinya yang sangat memprihatinkan dan dinilai tidak layak ditempati.
Berdasarkan pantauan di lapangan, rumah yang dibangun dengan anggaran sekitar Rp80 juta tersebut mengalami keretakan hampir di seluruh bagian dinding, baik di dalam maupun luar bangunan.
Warga menduga, buruknya kualitas material menjadi penyebab utama. Batu bata ringan hasil produksi Posyantek Gampong Samuti Rayeuk dipakai dalam pembangunan, meski penerima rumah sudah meminta agar menggunakan bata merah.
“Dari awal kami sudah minta supaya pakai bata merah, tapi mereka tetap ngotot pakai bata ringan produksi mereka sendiri. Akhirnya kami dipaksa buat pernyataan setuju, padahal dalam hati kami tidak mau,” ungkap Azhari, penerima rumah bantuan tersebut, Kamis 10 Juli 2025.
Namun, kenyataannya sangat mengecewakan. Hampir seluruh dinding rumah penuh dengan retakan sehingga menimbulkan rasa khawatir.
“Takut kami tinggal di situ. Kalau ada gempa sedikit saja bisa roboh. Makanya sudah hampir dua tahun rumah ini selesai, tapi tetap kosong, tidak berani kami tempati,” tambahnya.
Kejanggalan lain yang ditemukan adalah rumah tersebut belum dilengkapi plafon, padahal dalam program bantuan rumah lainnya biasanya sudah lengkap dan siap dihuni.
“Aneh, rumah bantuan umumnya sudah lengkap tinggal masuk, tapi ini malah plafonnya tidak dibuat,” keluh Azhari.
Yang lebih memprihatinkan, penerima rumah bantuan mengaku dipungut biaya tambahan oleh aparat desa. Azhari menyebutkan, ia terpaksa menyerahkan uang sekitar Rp8,3 juta dari permintaan Rp10 juta, dengan alasan untuk pelebaran rumah.
“Kami berharap Pemerintah Desa segera memperbaiki rumah ini. Dinding harus dirobohkan dan dibangun ulang dengan material yang layak. Plafon juga diselesaikan, serta uang Rp8,3 juta yang sudah kami serahkan dikembalikan,” tegasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, media ini belum berhasil mendapatkan keterangan resmi dari pihak terkait. Saat wartawan mendatangi kantor Keuchik Samuti Rayeuk, kantor dalam keadaan kosong. (Taufiq)