Banda Aceh — Pemerataan ekonomi harus menjadi fokus utama dalam agenda pembangunan nasional, bukan sekadar mengejar pertumbuhan angka-angka ...
Banda Aceh — Pemerataan ekonomi harus menjadi fokus utama dalam agenda pembangunan nasional, bukan sekadar mengejar pertumbuhan angka-angka makroekonomi.
Hal ini ditegaskan oleh Dr. Amri, SE, MSi, pengamat ekonomi dan bisnis dari Universitas Syiah Kuala (USK), kepada media ini, Senin 28 April 2025.
Menurut Dr. Amri, pembangunan ekonomi idealnya bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Namun faktanya, ketimpangan ekonomi di Indonesia masih cukup lebar.
“Data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2024 menunjukkan Gini Rasio Indonesia di angka 0,381. Ini pertanda bahwa distribusi kekayaan belum merata dan masih terkonsentrasi di kalangan tertentu,” ungkapnya.
Dalam pandangannya, ketidakmerataan ini merupakan tantangan serius yang membutuhkan solusi nyata. Salah satu langkah strategis yang diusulkan Dr. Amri adalah memperkuat peran koperasi, khususnya melalui program Koperasi Merah Putih.
“Koperasi adalah tulang punggung perekonomian bangsa, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 UUD 1945. Koperasi Merah Putih membawa semangat itu untuk menggerakkan ekonomi rakyat dari bawah,” jelasnya.
Secara khusus, Dr. Amri mendorong agar Aceh mengambil peluang ini dengan serius. Dengan memperkuat koperasi di setiap gampong, masyarakat Aceh bisa merasakan dampak nyata dari pembangunan, seiring 79 tahun Indonesia merdeka.
“Di Aceh ada lebih dari 6.400 gampong. Jika koperasi tumbuh dan berkembang di seluruh desa, maka impian untuk mengurangi kemiskinan dan memperkecil ketimpangan akan semakin dekat,” tambahnya.
Dr. Amri juga memberikan perhatian khusus kepada generasi muda Aceh. Ia mengajak para pemuda untuk mengambil peran aktif dalam menyambut dan membesarkan program Koperasi Merah Putih di tingkat desa.
“Pemuda Aceh harus menjadi motor penggerak koperasi di gampong-gampong. Dengan semangat dan energi muda, koperasi bisa berkembang lebih cepat dan lebih inovatif. Ini juga menjadi jalan bagi pemuda untuk membangun kemandirian ekonomi serta masa depan yang lebih cerah,” ujarnya.
Lebih jauh, Dr. Amri membandingkan koperasi dengan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Menurutnya, koperasi lebih unggul karena tidak hanya mengejar keuntungan bisnis, tetapi juga mengusung misi sosial untuk memberdayakan masyarakat.
“BUMDes biasanya fokus pada laba, sedangkan koperasi menggabungkan aspek ekonomi dan sosial. Ini yang membuat koperasi lebih relevan dalam mengatasi ketimpangan di akar rumput,” paparnya.
Dr. Amri juga menyampaikan dukungannya terhadap program nasional yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, yakni satu desa satu koperasi. Ia berharap Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Muzakir Manaf dan Fadhlullah mampu menyelaraskan visi daerah dengan program nasional seperti yang tertuang dalam Astacita Presiden.
“Sinergi antara Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat sangat penting untuk mewujudkan pembangunan yang harmonis dan membawa manfaat nyata bagi rakyat. Kalau ini dilakukan dengan konsisten, saya optimistis Aceh bisa keluar dari jerat kemiskinan,” pungkas Dr. Amri.