Foto: ilustrasi Liputaninvestigasi.com- Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Belakangan ini menjadi sorotan publik karena perang media dan adu ...
Foto: ilustrasi |
Liputaninvestigasi.com-Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Belakangan ini menjadi sorotan publik karena perang media dan adu domba masyarakat yang intens. Konflik ini tidak hanya mempengaruhi stabilitas politik lokal tetapi juga berdampak pada kesadaran dan keharmonisan masyarakat.
Perang media di Bireuen dimulai dari persaingan politik antar elit yang berkuasa. Media lokal dan nasional menjadi ajang pertarungan ideologi dan kepentingan. Berita-berita yang dibuat seringkali bersifat sensasional dan memicu konflik. Hal ini memicu adu domba di kalangan masyarakat.
Setelah Pengumuman KIP Kabupaten Bireuen tentang Pemenang Pilkada Kabupaten Bireuen yang di menangkan oleh Paslon 03 H. Mukhlis ST - Ir. Razuardi MT, Ketimpangan pun di mulai, dari demo yang berjilid- jilid hingga perang media tentang pemberitaan yang berbeda-beda yang menjadi konsumsi langsung bagi masyarakat.
Ada beberapa dampak dari perang media yang berimbas langsung terhadap kehidupan sosial di masyarakat Bireuen.
1. Polarisasi Masyarakat : Perang media memecah belah masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan.
2. Kehilangan Kepercayaan : Masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap institusi pemerintah dan media.
3. Konflik Sosial: Konflik antar kelompok masyarakat meningkat.
Berita di media online dan media cetak tentang Hoax dan Propaganda
Klaim tentang money politics sering digunakan sebagai senjata oleh pihak yang merasa kalah dalam persaingan politik. Namun, perlu diingat bahwa:
1. Tidak ada bukti konkret yang mendukung klaim tersebut.
2. Klaim tersebut seringkali bersifat subjektif dan tidak berdasarkan fakta.
3. Tujuan klaim tersebut adalah untuk mempengaruhi opini publik dan memecah belah masyarakat.
Di butuhkan beberapa solusi untuk mencegah atau meredam hal ini agar tidak timbul polemik baru di kemudian hari.
1. Pendidikan Media Literasi : Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membedakan informasi faktual dan hoax.
2. Dialog Terbuka : Mengadakan forum terbuka antara pemerintah, media, dan masyarakat untuk memecahkan konflik.
3. Regulasi Media : Mengatur konten media untuk mencegah penyebaran berita palsu.
Perang media dan adu domba masyarakat di Bireuen menuntut perhatian serius dari semua pihak. Masyarakat, pemerintah, dan media harus bekerja sama untuk mengembalikan keharmonisan dan stabilitas politik. Dengan meningkatkan kesadaran dan membangun dialog, kita dapat mengatasi konflik ini dan membangun Bireuen yang lebih baik.
Jangan sampai karena kepentingan elite, masyarakat Kabupaten Bireuen yang menjadi korban.
Rabu 25 Desember 2024
Teuku Fajar Al-Farisyi