Aceh Singkil/liputaninvestigasi.com- Tak terasa tragedi tsunami tahun 2005 silam begitu cepat berjalan, goncangan gempa tersebut telah melul...
Aceh Singkil/liputaninvestigasi.com- Tak terasa tragedi tsunami tahun 2005 silam begitu cepat berjalan, goncangan gempa tersebut telah meluluhlantakkan wilayah nan subur lagi asri.
Tujuh belas tahun tsunami Nias, Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Singkil pun ikut merasakan betapa dahsyatnya kejadian malam itu.
Senin malam menjadi bukti sejarah bagi masyarakat Aceh Singkil khususnya Kecamatan Singkil, harus menerima dan rela rumah rumah mereka hancur hingga tiang tiang listrik yang ikut tumbang.
Sehingga, malam yang penuh gelap gulita tanpa penerangan semakin menambah kepanikan mereka mencari tempat berteduh.
Tak disangka jalan setapak yang mulus waktu itu berubah menjadi retak dan terbelah. Perlahan-lahan kegamangan terus menyelimuti mereka yang disusul air mulai naik kepermukaan.
Angin kencang disertai hujan pun ikut mengiasi malam itu, dan terdengar sayup-sayup suara warga mengumandangkan azan. Dan Tak henti hentinya kalimat la ilaha illallah terus menggema.
Pagi itu mereka harus menerima kenyataan melihat kondisi rumah dan kampung mereka yang sudah menjadi lautan. Karena keimanan dan ketaqwaan jualah yang menguatkan jiwa mereka menerimanya.
Desa kilangan, Kecamatan Singkil menjadi bukti sejarah bahwa kampung yang dulu subur lagi asri hanya tinggal kenangan.
"Dulu, sebelum gempa minimal setiap orang mempunyai dua buah batang pohon kelapa karena suburnya tanah disini,"kata Ramlan Pemuda setempat, Jum'at (27/5/2022).
Perubahan pergeseran tanah di kampung itu mengharuskan mereka meninggalkan dan saat ini mereka menempati rumah di perumahan IOM.
Saat ini, beberapa tahun sejak peristiwa tsunami tersebut warga setempat perlahan lahan mulai mendirikan rumah diatas tanah yang mereka miliki. Namun, keadaan itu tak seindah 17 tahun lalu.
Pantauan Media ini, terlihat sepanjang jalan Kampung lama itu, banyak ditumbuhi rumput rumput tinggi dan terlihat juga tanahnya di penuhi genangan air berlumpur.
Penulis : Roni