liputaninvestigasi.com - Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Iklim di ekosistem Gunung Leuser Aceh merupakan kerjasama hiba...
liputaninvestigasi.com - Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Iklim di ekosistem Gunung Leuser Aceh merupakan kerjasama hibah antara Pemerintah Jerman (KfW) dengan Pemerintah Republik Indonesia dengan SK. 01/SET/HLN/2015, tanggal 24 Juni 2015, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia sebagai Executing Agencies dan Dinas Kehutanan Aceh sebagai Implementing Agencies.
Disampaikan Harmayani kepada media ini, Selasa 14 Januari 2020, kegiatan ini dilaksanakan di 3 Kabupaten/Kota di Aceh yaitu, Aceh Selatan, Aceh Singkil dan Subulussalam.
Dalam rangka meningkatkan dan memperluas program Pemerintah Indonesia dalam kebijakan Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Iklim di Ekosistem Gunung Leuser berbasis masyarakat dengan tujuan mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi degradasi hutan dan lahan, memperbaiki fungsi ekosistem dan pelaksanaan jasa lingkungan serta menggiatkan pariwisata berwawasan ekologi yang berkelanjutan berbasis kawasan dan ekosistem.
"Oleh karena itu dilakukan Study Banding dalam hal Pembelajaran Keberhasilan Pengelolaan Ekowisata ke wilayah kerja Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) di Batu Katak, Bahorok, Sumatera Utara, yang gelar sejak tanggal 6 s/d 9 Januari 2020 lalu," ujar Harmayani, asal Labuhanhaji Barat Aceh Selatan yang merupakan salah satu peserta pada kegiatan study banding ekowisata tersebut.
Katanya, objek wisata Batu Katak merupakan tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal, luar daerah dan manca Negara. Dengan adanya pengelolaan objek wisata tersebut berbagai keuntungan didapatkan oleh masyarakat setempat.
Dimana penghasilan masyarakat setempat semakin melimpah baik dari segi pemandu wisata, pedagang disekitaran lokasi, penyewaan lapak tepi sungai, penyewaan bungalow maupun dari segi potensi-potensi lainnya.
Juga objek Wisata Batu Katak ini dibangun dari kebersamaan dan kekompakan masyarakat. Selanjutnya mereka dibina oleh lembaga khusus, termasuk arahan dan dampingan yang continue dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), sehingga objek wisata Batu Katak tersebut berkembang dengan pesat dan dikenal oleh banyak orang baik dalam negeri maupun luar negeri.
Tejalan dengan hal tersebut meningkat pula jumlah pengunjung wisata Batu Katak sehingga secara otomatis dapat meningkatkan perekonomian dan kemakmuran masyarakat.Imbuhnya
Harmayani menuturkan, study banding ekowisata ini menjadi motivasi dan semangat kedepan untuk membangun dan mengelola lebih baik lagi objek wisata di wilayah masing-masing para peserta study banding yang mewakili desa masing-masing dalam wilayah binaan Proyek BCCPGLE KfW.
Seperti halnya di wilayah Kecamatan Labuhanhaji Barat Kabupaten Aceh Selatan, khususnya di Desa Batee Meucanang dan Desa Panton Pawoh jika dilihat dari segi potensi alamnya, maka lebih menarik bila dijadikan destinasi wisata, sebab berbagai potensi yang ada, baik itu sektor potensi pertanian, potensi buatan maupun potensi sejarah di kawasan setempat.
Di Desa Batee Meucanang terdapat objek wisata Gua Batee Meucanang dengan aliran sungai didepannya dan Desa Panton Pawoh juga terdapat objek wisata air terjun dan hamparan sungai, itu yang direncanakan untuk dilakukan pengembangan objek wisata. Kedua desa tersebut merupakan desa binaan Proyek BCCPGLE KfW sejak tahun 2018 sampai dengan sekarang.
Perlu membangun kekompakan dari masyarakat dan kerjasama dengan lembaga lain yang tentunya difasilitasi oleh Proyek BCCPGLE KfW, masyarakat Labuhanhaji Barat khususnya Desa Batee Meucanang dan Desa Panton Pawoh siap menerima perubahan yang lebih baik dalam pengelolaan objek wisata bernuansa Islami atau syariah.
"Penggalian potensi-potensi yang akan dijual diobjek wisata kepada pengunjung lokal dan luar daerah merupakan salah satu alternative agar terciptanya wisata Gua Bate Meucanang Labuhanhaji Barat, untuk lebih berkembang dan maju serta berkesinambungan," demikian Pungkasnya.||NB