Simeulue/liputaninvestigasi.com - Statement yang dilontarkan oleh Denvinal, salah seorang warga Pulau Simeulue yang berada di Jakarta, me...
Simeulue/liputaninvestigasi.com - Statement yang dilontarkan oleh Denvinal, salah seorang warga Pulau Simeulue yang berada di Jakarta, mengenai peristiwa yang saat ini tengah terjadi di Papua dan pasca keributan mahasiswa Papua di Surabaya serta mengaitkan dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) adalah suatu statemen yang keliru, pandangan tersebut merupakan kekhawatiran yang sangat berlebihan.
“Ini berbahaya, akan mengiring isu kekerasan dari papua ke Aceh dengan Simeulue sebagai korban. Statement Denvinal memprovokasi kerusuhan baru di Aceh,” tegas Al Ashab Tokoh Muda Simeulue yang juga alumni UIN Arraniry. Kamis 29 Agustus 2019.
Seperti diketahui di salah satu media online, tanggapan Denvinal mengenai situasi yang saat ini terjadi di Papua, yang ditayangkan pada 29 Agustus 2019, merupakan sebuah pernyataan yang bisa melukai perasaan rakyat Aceh.
“Mestinya Denvinal tidak membawa bawa nama Himpunan Masyarakat Simeulue Jakarta, sebab seperti diketahui sesuai dengan SK Himas pada tahun 2015 lalu, Ketua Himas Jakarta adalah Erwin Wijaya, sementara nama Denvinal tercantum sebagai Dewan Pembina, selain itu seperti diketahui masa pengurus Himas Jakarta telah berakhir pada Juli lalu,” jelas Al Ashab.
Al Ashab sangat menyayangkan statemen Denvinal selaku salah seorang tokoh masyarakat Simeulue di Jakarta, “mestinya beliau tidak memantik api di tengah situasi Aceh yang sangat kondusif,” tegas mantan aktivis ini.
Menurutnya, Hal ini terbukti perdamaian Aceh yang telah berjalan belasan tahun bisa terus dijaga dengan baik oleh masyarakat Aceh, selain itu Simeulue juga merupakan bagian dari Aceh juga sangat mencintai perdamaian.
“Saya yakin terhadap masyarakat Simeulue sangat mencintai damai dan berkontribusi terhadap keberlangsungan perdamaian Aceh pasca Tsunami 2004 silam,” tambahnya.
Mestinya Denvinal menghargai proses perdamaian yang tetap terjaga di Bumi Serambi Mekkah serta tidak memberikan pandangan yang tendensius serta menghakimi secara sepihak tanpa melihat dari berbagai unsur.
Mengaitkan kejadian di Papua dengan GAM adalah mengungkit luka lama dan itu sesuatu statemen yang sangat keliru, mestinya Denvinal memberikan sebuah pandangan yang menyejukkan.
Bukan kemudian mengungkit ungkit yang bisa melukai perasaan orang Aceh secara keseluruhan.
“Mestinya Denvinal melihat fakta di Aceh, bahwa proses perdamaian hadir di tengah tengah masyarakat Aceh,” tutupnya.(Ril)