BIREUEN/liputaninvestigasi.com - Hari Ulang Tahun (HUT) Bayangkara yang ke-73, Polres Bireuen akan menggelar hiburan rakyat beserta beber...
BIREUEN/liputaninvestigasi.com - Hari Ulang Tahun (HUT) Bayangkara yang ke-73, Polres Bireuen akan menggelar hiburan rakyat beserta beberapa jenis permainan lainnya dilapangan futsa Galatikos Cot Gapu Kabupaten setempat pada Rabu 10 Juli 2019.
Terkait hal tersebut, aktivis Bireuen mengharapkan agar pihak panitia penyenggara acara melakukan kegiataan acara sesuai dengan norma-norma syariat islam yang sudah berjalan selama ini di Aceh khususnya di Bireuen dan tetap berkoordinasi dengan Dinas Syariat Islam (DSI), Mejelis Permusyawaratan Ulama (MPU), tokoh agama dan tokoh masyarakat.
"Kita sangat mengharapkan agar acara hiburan tersebut tidak melanganggar dari norma- norma syariat islam, apalagi di Kabupaten Bireuen ini sudah lama tidak ada kegiatan yang namanya hiburan rakyat atau konser, karena daerah kita sangat melarang kegiatan tersebut," kata Tuih. Selasa 9 Juli 2019.
Aktivis FPI itu juga meminta kepada pihak panitia acara agar tidak memainkan alat alat musik di atas panggung seperti gitar, piano, keyboard dan sejenisnya beserta joget jogetan diatas panggung karena itu melanggar norma syariat islam.
"Kita mengharapkan agar hiburan rakyat yang akan dilaksanakan di Bireuen tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan antara panitia dengan masyarakat, karena kami masyarakat juga akan mengawasi setiap kegiatan yang diadakan. Kita tetap utamakan musyarawah, jadi jangan sampai terjadi seperti yang di Banda Aceh kemaren," katanya
"Selain itu kita juga sangat mengharapkan kepada penyanyi agar membawakan lagu lagu yang bernuansa islami yang dapat menjadi renungan dan bermanfaat bagi pendengar," tambahnya
Tuih menyebutkan, pihaknya akan terus memantau dan mengawasi setiap kegiatan acara hiburan rakyat, dari acara dimulai hingga sampai selesai dan jika ada yang melanggar dengan norma norma syariat islam baik dari nyanyian lagu-lagu, penampilan gaya gaya penyanyi, maka jangan salahkan masyarakat jika diminta untuk dibatalkan.
"Jika tidak sesuai dengan nilai syariat islam, kami tidak segan segan membatalkan acara tersebut apapun rasikonya akan kami hadapi, karena itu adalah kewajiban bagi kita setiap orang yang beriman untuk menjaga bumi Allah dari perbuatan perbuatan yang berbau kemaksiatan," tuturnya
Pemuda kelahiran Matang tersebut juga menambahkan, jangan sampai Allah murka kepada kita sehingga menurunkan bermacam bala, jadi itu yang sangat kita takutkan, karena kalau Allah SWT sudah marah tidak ada satu pun manusia yang sanggup membendungnya dan menyetop bala Allah, hanya Allah lah yang maha segala-galannya.
"Demi Allah apa yang saya katakan dan lakukan ini bukan karena gejolak nafsu dan iri hati pada acara tersebut, akan tetapi ini semua atas keimanan kita, karena kita tau bahwa kita hidup di bumi Allah dan akan dipertangung jawabkan semua perbuatan yang kita lakukan selama kita hidup dibumi Allah ini termasuk disaat ada kemaksiatan dan kemungkaran didepan mata kita, apakah kita ada mencegahnya?, jadi itu semua dipertanyakan dan dipetanggung jawabkan oleh Allah SWT di akhirat kelak nanti," ungkap Tuih.
Maka dari itu ia mengajak kepada seluruh masyarakat Bireuen untuk benar-benar mengawasi setiap ada kegiatan kegiatan yang namanya hiburan rakyat, agar tidak melanggar dengan syariat islam dan agar Bireuen bisa menjadi contoh bagi Kabupaten Kota lain dalam menjalankan dan menegakkan syariat islam secara kaffah.
"Mari sama sama kita jaga dan kita rawat syariat islam di Bireuen ini agar jangan sampai dengan adanya kegiatan kegiatan hiburan rakyat, syariat islam bisa terabaikan dan hancur berantakan," harapnya
Di akhir pernyataannya, Tuih meminta kepada penjabat pemerintah baik tingkat Legeslatif DPRA, DPRK, maupun Eksekutif Gubernur dan Bupati agar segera merancangkan atau membuat sebuah qanun atau pun perda tentang larangan hiburan rakyat, konser dan sejenisnya
"Kita berharap ada aturan qanun maupun perda yang dibuat oleh pihak yang berwenang, agar acara yang tidak sesuai dengan syariat islam, seperti konser maupun hiburan lainnya untuk tidak bisa diadakan, agar kita di Aceh benar-benar tegaknya syariat islam secara kaffah, sehingga kemakmuran, kemajuan dan ketentraman akan selalu diberkahi oleh Allah SWT," demikian ungkap Tuih Alkhair