PIDIE/liputaninvestigasi.com — Kegiatan ini sudah menjadi warisan budaya Pidie. Tradisi tahunan yang sangat di nanti-nantikan di desa ka...
Pada malam Kamis kemarin tepatnya tanggal 6 juni 2019 merupakan malam ke 2 hari raya idul fitri, dan di desa kami desa Garot dan sekitarnya tetap antusias dalam mengadakan festival tahunan ini. Walaupun suara yang terdengar dari bude trieng dan karbit ini sangat besar tetapi warga tetap menikmatinya ini sudah menjadi tradisi turun temurun. Pada malam pertama hari raya idul fitri masyarakat Pidie khususya Garot merayakan malam idul fitri dengan takbiran besar besaran dengan mobil pick-up dan mobil lainnya, juga anak anak bakan orang dewasa sangat menikmati ini.
Tradisi Teut Bude ini sangat dinantikan warga. Ini bisa dilihat dari membludaknya pengunjung yang datang ke bantaran sungai. Bahkan, ada beberapa di antara mereka yang datang dari Banda Aceh, Bireun dan Lhokseumawe. Walaupun teut bude ini memikat, dengan suaranya yang menggema bahkan sampai rumah di desa kami bergetar, sejumlah warga ada yang mengasingkan orang lansia dan anak anak ke tempat yang jauh dari desa garot. Uniknya lagi, tradisi ini tidak hanya dilakukan oleh pria, tetapi perempuan pun ikut membantu memeriahkan dengan membuatkan kue untuk para pembakar meriam karbit. Bahkan, ada juga perempuan yang ikut membakar.
Tradisi itu sempat meredup saat konflik bersenjata terjadi di Aceh antara GAM dan Pemerintah. Setelah perjanjian damai, warga yang ingin membakar meriam karbit semakin antusias. Tak jarang, warga di tiga Kecamatan yang berada di perantauan ikut menyumbangkan dana untuk menggelar tradisi ini. Bukan hanya bude trieng dan meriam karbet saja tetapi di desa kami ada juga menampilkan marcon kembang api yang begitu besar dan begitu indah percikan apinya. Tidak perlu jauh jauh ke Sidney, datang aja ke Garot malam hari raya untuk melihat marcon mahal ini.
Meriam karbit dibuat warga dari drum minyak bekas. Beberapa drum disatukan sehingga menghasilkan sebuah meriam sepanjang 2-5 meter. Meriam tersebut kemudian diisi karbit dan diledakkan dengan cara dibakar. Hasilnya, suara ledakannya akan menggelegar hingga jarak 10km. Suara ledakan meriam karbit ini jauh lebih menggelegar dari meriam bambu. Karena itu meriam bambu hanya digunakan oleh anak-anak kecil, bahkan adik saya, Rahul(13) dia juga ikut antusias dalam teut bude trieng ini. Di desa kami kalau untuk anak kecil selalu di pantau supaya tidak terjadi percikan api.
Dana yang dibutuhkan dalam satu desa bisa mencapai 15 juta dan sebagian dana lainnya berdasarkan hasil patungan dari warga perantauan yang ada di desa kami, seperti yang merantau ke Malaysia, Australia bahkan Singapura. Ledakan demi ledakan yang terdengar dari bantaran sungai Desa Garot, Gp. Aree sampai ke Desa Rubee menjadi hiburan tersendiri bagi warga sekitar dan warga yang musafir ke sini untuk melihatnya.
Penulis: Rekha, Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Arraniry Banda Aceh.