BANDA ACEH/liputaninvestigasi.com - Rendahnya kaum milenial yang berhasil masuk ke parlemen menjadi analisa menarik bagi lembaga kajian ...
BANDA ACEH/liputaninvestigasi.com - Rendahnya kaum milenial yang berhasil masuk ke parlemen menjadi analisa menarik bagi lembaga kajian politik di Aceh, The Frazi Political Institute. Tingginya angka peserta kontestan politik yang berasal dari usia milenial, pada tahun 2019 ini masih belum dapat menguasai panggung politik secara maksimal di DPRK, DPRA, DPR RI, DPD RI. Politik masih dikuasai oleh para petahana baik di DPRK, DPRA, DPR RI dan DPD RI.
Surya Padli, Peneliti The Frazi Political Institute yang memfokuskan pada kaum milenial mengatakan budaya politik uang masih mendominasi dilapangan sehingga kaum milenial tersingkir dalam pemilu 2019. Disisi lain, menurut Surya Padli, suara Kaum Milenial terpecah pada banyaknya partai baik nasional maupun lokal.
Surya Padli mengatakan kedepan bagi kaum milenial jika ingin maju dalam politik harus mempersiapkan diri jauh jauh hari dengan melakukan investasi politik. “Disisi lain, kaum milenial harus berani tampil dengan karakter yang khas dengan menawarkan ide dan gagasan baru,” kata Surya Padli.
Pemilihan umum (pemilu) menurutnya adalah
sebuah proses yang dilakukan oleh pemerintah untuk memilih calon pemimpin, yang mana jabatan tersebut akan di isi mulai dari preseden (eksekutif), wakil rakyat (legislatif). pemilu juga merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, serta sistem loby.
“Seperti yang kita ketahui dalam ungkapan Ir. Soekarno “berikan aku sepuluh pemuda niscaya akan kugoncang dunia,” ungkapan tersebut bukan hanya sekedar perkataan biasa disini, bisa kita lihat dan cermati bersama bahwasanya kekuatan yang besar dimiliki oleh kaum muda yang berintelektual di mana bisa membuat suatu negara atau bahkan dunia menjadi gentar akan pemikiran serta tekad dan semangat yang tinggi dari kaum melineal tersebut,” jelas Surya Padli.
Dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, menurut Suta Padli, anak muda (melenial) ikut berjuang dalam pemilu untuk mengambil peran dalam parlemen supaya dapat membuat suatu kebijakan yang mana kebijakan tersebut dapat dirasakan secara merata dan tidak ada diskriminasi di dalam nya.
“Peluang yang diperoleh kaum muda supaya dapat duduk di parlemen sangatlah tinggi karena seperti yang kita ketahui dan lihat bahwasanya kaum muda (milenial) sangat agresif menumpas akan ketidakadilan dan juga mempunyai semangat yang tinggi serta kemampuan berpikir untuk kepentingan rakyat,”’jelasnya.
Tetapi apa yang sedang terjadi sekarang? menurutnya kaum muda malah terpecah belah demi kepentingan pribadi serta permainan yang dilakukan segenap oknum-oknum yang haus akan kekuasan, jelas hal tersebut sangat merugikan semua kalangan masyarakat karena masyarakat sangat berharap akan pemikiran kaum muda untuk menyaring kualitas pemimpin yang akan memberikan kontribusi terhadap masyarakat selama 5 tahun masa jabatan.
“Serta tawaran-tawaran yang di janjikan oleh oknum-oknum tersebut yang mungkin sangat mengiurkan sehingga pemikiran dari kaum muda sangat di kacaukan akan dari tugas awalnya yaitu tentang mementingkan kesejahteraan masyarakat bukan kepentingan pribadi yang dapat merugikan rakyat itu sendiri,” tegasnya.
Menurutnya, hal itu adalah faktor penyebab kalahnya kaum muda (melinial) dalam bersaing di pemilu di karnakan ke tidak sepaham pemikiran lagi serta hilangnya kekompakan sesama kaum muda yang disebabkan tawaran-tawaran yang diberikan oleh oknum yang tidak mempunyai kualitas tetapi menang dari segi ekonomi.
“Dengan demikian kekalahan milenial dalam pemilu juga berdampak pada sistem yang akan di bangun di parlemen yang dimana peran dari kaum muda tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat supaya dapat mewujudkan keadilan yang merata dengan pemikiran, kemampuan serta semangat yang bergelora dalam diri dan jiwa kaum muda itu sendiri,” jelasnya.
Serta menurutnya dengan kekalahan milenial tersebut yang berakibat pada perpecahan dengan tidak bersepahaman lagi dan kekompakan yang telah memudar akibat mementingkan kepentingan pribadi serta tawaran dari oknum-oknum yang tidak mampu bersaing dengan sehat jelas akan merugikan rakyat, “karena dari situ akan lahir sosok pemimpin yang akan akan mementingkan pribadi (personal) karna di lahirkan dari dasar ketidak mampuan bersaing dengan jujur,” tutupnya.