BAnda Aceh/liputaninvestigasi.com - Isu pembangunan terowongan Gurute atau solusi akses lainnya yang mempermudah jalur transportasi dara...
BAnda Aceh/liputaninvestigasi.com - Isu pembangunan terowongan Gurute atau solusi akses lainnya yang mempermudah jalur transportasi darat di wilayah tersebut juga sudah tidak baru lagi bahkan sudah pernah ada masterplan beserta sketsanya dalam perencanaan pembangunan Aceh.
Gurute sudah harus menjadi prioritas utama pemerintah Aceh menuju pemerataan pembangunan yang berkeadilan di wilayah pantai Barat-Selatan.
Dilihat dari letak geografisnya, Gurute juga merupakan salah satu akses yang sudah sangat ekstrim untuk dilintasi sebagai penghubung keluar-masuknya transportasi darat dari kabupaten-kabupaten Aceh lainnya ke pusat ibu kota Aceh dengan beragam keperluan dan kepentingan baik dari sektor ekonomi, pelayanan kesehatan dan keperluan kedinasan lainnya.
Kondisi tersebut tentu menjadi perhatian dan harapan masyarakat agar pemerintah melakukan pembenahan yang lebih menjanjikan terhadap akses sehingga pengguna jalan bisa dengan leluasa melintasi Gurutee tanpa ada kekhawatiran.
Ukuran dan kelayakan badan jalan yang begitu pas-pasan juga menjadi salah satu faktor utama sering terjadinya kecelakaan dan kemacetan panjang. Belum lagi jika ada sesuatu terjadi disepanjang badan jalan, misalnya longsor, tumpahan minyak/oli, truk terguling atau bahkan rusaknya mobil-mobil bermuatan berat.
para pengguna jalan tidak punya alternatif lain selain menunggu bahkan jika kondisinya lumpuh total pengguna jalan terpaksa bermalam menunggu askes jalan kembali normal.
Deskripsi-deskripsi kemuzaratan Gurute harusnya sudah menjadi alasan kongkrit supaya Pemerintah Aceh betul-betul serius membuka mata terhadap pembangunan terowongan Gurutee dalam waktu yang sesingkat-singkatnya tanpa ada penundaan-penundaan lagi kedepannya.
Terkadang terhambatnya pembangunan terowongan Gurute juga menjadi topik ego-sektoral yang kerap sekali menimbulkan guyonan serius dikalangan pemuda/i Aceh disebabkan ketidaksetaraan pembangunan. Hal itu diungkapkan Safrijal Vijay. Rabu 16 Oktober 2019.
"Saya adalah seorang pemuda pantai Barat-Selatan yang selalu merasa beradu argument dengan salah seorang sahabat di wilayah pantai timur-utara Aceh hanya gara-gara Sempati Star tidak bisa beroperasi dari kota menuju kabupaten-kabupaten Aceh lain di Barat Selatan," ungkapnya
"Parahnya lagi candaan tersebut menjuluki kepada kata-kata "Mante" yang bermakna "hantom kalon sapeu" alias teu-tahe-tahe" atau makna lebih kasarnya lagi "Primitif/Vilaggers" ketika melihat Bus Sempati Star Doubledecker melintas di kawasan kota atau lintas Timur-Utara Aceh," tambahnya
Ia melanjutkan, meskipun dikemas dalam bentuk guyonan namun pesan itu nyata adanya. Akhirnya, pada saat ia memutuskan menikah dan tinggal di sebuah daerah berjulukan perempuan bermata biru, yaitu Lamno Aceh dan menjadikan Gurute sebagai lintas utama menuju Kota bersama istri dan anaknya akhirnya ia sadar bahwa Gurute memang sedang dalam keadaan emergency yang harus segera ditangani oleh pemerintah Aceh.
Intermezo semacam ini terlihat biasa-biasa saja (Usual) namun jauh didalam nya terisrat pesan figuratif dan multi-tafsir yang melahirkan kecemburuan kedaerahanan (primodial) serta tanda tanya besar (Big Question).
Suatu ketika di inggris pernah ada sebuah tulisan seorang sastrawan yang ditanggapi serius oleh kerajaan hanya dengan sebuah ungkapan figuratif yang disampaikannya sebagai bentuk kritikan dan sindiran yang kira-kira bahasanya seperti ini "Betapa kaya dan sejahteranya Negeri ini sampai-sampai Jalannya pun masih terlihat begitu alami. Akhirnya pihak kerajaan malu dan langsung menindak lanjuti ungkapan gaya bahasa tersebut bahwa sejatinya pemerataan pembangunan harus dinikmati oleh setiap masyarakatnya.
Tentu harapan yang sama juga dihadapkan kepada DPD dan DPR Aceh perwakilan Barat-Selatan yang baru saja dikukuhkan agar dapat memperjuangkan aspirasi masyarakat pantai Barat selatan secara menyeluruh.
"Semoga Eksekutif dan Legeslatif benar-benar membuka mata terhadap Gurute sebagai the first gate to entered Barat-Selatan," demikian harap Safrijal.||NB