SIMEULUE - Pada Tahun 1942 pulau Simeulue dikepung oleh Pasukan Jepang. Bom pertama Jepang diluncurkan di Kota Sinabang menewaskan beber...
SIMEULUE - Pada Tahun 1942 pulau Simeulue dikepung oleh Pasukan Jepang. Bom pertama Jepang diluncurkan di Kota Sinabang menewaskan beberapa perajurit pembela kemerdekaan RI di Simeulue. Hal tersebut dikatakan Maulidin yaitu Salah satu perajurit pembela kemerdekaan RI Asal Simeulue. Senin (15/10/2018).
Peperangan antara pasukan Jepang dan Prajurit Pembela Kemerdekaan RI di komandai (Almarhum) Saidul Ajam pada saat itu di Pulau Simeulue.
Namun, Saidul Ajam pada saat itu diutus ke Kota Raja untuk mempertahankan kemerdekaan RI tepatnya di Kota Banda Aceh dan pengikut perajurit lainya diputuskan tetap berada di Simeulue untuk menjaga warga Simeulue dari serangan Jepang pada saat itu, titik medan pertempuran tersebut, kota Sinabang, Labuah dan Lasikin.
"Dalam pertempuran tersebut prajurit Pembela Kemerdekaan RI asal Simeulue mampu mengusir pasukan Jepang dari Pulau Simeulue Sehingga pasukan Jepang tak mampu memerangi kembali pulau Simeulue pada waktu itu." katanya.
Maulidin adalah salah satu perajurit Kemerdekaan RI asal Simeulue saat ini masih diberkati, umurnya saat ini mencapai 90 Tahun. Beliau bertempat tinggal di Desa Batu Larang Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulue.
Keseharian maulidin dalam mempertahankan kebutuhan ekonomi keluarganya hanya sebagai tukang pengrajin pinang untuk menghidupkan istri dan anak-anak beliau, setelah sekian lama membela dan mempertahankan kemerdekaan RI asal Simeulue kini telah lanjut usia dan tak mampu bekerja keras sperti hal nya orang-orang lain yang ada disekitar daerahnya.
Namun ternyata saat ini pejuang tersebut memiliki penyakit yang dideritanya, sampai saat ini belum ada pihak pemerintah membantu dirinya untuk kesembuhan penyakit yang dialaminya.
Dalam pertemuan kemarin, maulidin berharap kepada pemerintah Kabupaten Simeulue agar memperhatikan kondisi dirinya yang pernah berjasa atas mempertahankan kemerdekaan RI asal Simeulue."sehingga saya dan kawan-kawan dapat merasakan betapa indahnya setelah Kemerdekaan RI, tutupnya. (Ramil)