TAKENGON/liputaninvestigasi.com - Wakil Bupati Aceh Tengah, H. Firdaus menyebut tidak memberi ruang untuk melakukan praktik perjudian di ...
TAKENGON/liputaninvestigasi.com - Wakil Bupati Aceh Tengah, H. Firdaus menyebut tidak memberi ruang untuk melakukan praktik perjudian di arena Pacuan Kuda H. Muhammad Hasan Gayo Blang Bebangka Kecamatan Pegasing.
“Kami telah berupaya mengurangi praktik judi di arena pacuan kuda yang selama ini sulit diberantas. Upaya demi upaya telah kami lakukan. Kami akan terus evaluasi, karena soal judi bukan hanya di pacuan kuda dilarang, di semua lini, sehingga tidak ada tempat untuk judi di daerah kita ini” kata Firdaus saat menutup event Pacuan Kuda Tradisional Gayo memeriahkan HUT Kota Takengon ke-442, Minggu (03/03/2019).
Menurut Firdaus, saat ini lokasi pacuan kuda ini sudah representatif menggelar event bertaraf nasional. Hanya saja perlu beberapa fasiltfas tambahan. Ketersediaan fasilitas umum seperti tempat shalat dan toilet umum di lokasi pacuan kuda akan diupayakan lebih baik, sehingga dapat membantu masyarakat merasakan kenyamanan dan tetap dapat menunaikan ibadah shalat fardhu.
“Segala Fasilitas yang sudah dipersiapkan pada event kali ini, kita harapkan kedepan harus dipertahankan dan terus ditingkatkan kualitasnya. Fasilitas akan terus mendapat pembenahan, sehubungan dengan rencana penentuan untuk lokasi PON ke-21 tahun 2024,” kata Firdaus.
Pemkab Aceh Tengah saat ini telah mengusulkan ke pemerintah pusat melalui Kementerian Pemuda dan Olah Raga serta Pemerintah Aceh untuk pembangunan infrastruktur arena pacuan kuda yang lebih representatif dan memenuhi standar nasional.
“Sebagai daerah yang memiliki tradisi pacuan kuda, dari sekarang kita juga harus mempersiapkan diri, agar kuda-kuda kita dapat bertanding dan bersaing dengan kuda-kuda dari luar daerah” tambahnya.
Selain itu, Wakil Bupati Aceh Tengah itu menganjurkan kepada para pemilik kuda pacu agar merintis upaya perkawinan silang dengan pejantan Kuda Australia. Sehingga ke depan lebih banyak kuda-kuda yang bisa mengikuti event tingkat profesional.
“Pemerintah daerah juga akan terus merintis upaya untuk melakukan tahapan, agar kedepan setiap kuda yang lahir, dibuatkan akta kelahiran dan diusulkan untuk dibuat buku registrasi kuda. Kami yakin dan percaya, upaya pencatatan terhadap kuda ini akan memberi manfaat di masa depan, diantaranya akan lebih mudah dalam verifikasi kuda yang akan mengikuti pacuan kuda,” jelas Firdaus.
Selain itu kata orang nomor dua di negeri penghasil kopi arabika tersebut, kuda yang teregistrasi akan memberi nilai tambah ekonomi, karena memberikan kejelasan dan kepastian ketika kuda tersebut diperjual-belikan.
Namun kata dia, meski pihaknya berupaya untuk meningkatkan kualitas kuda pacu tidak meninggalkan kuda lokal. Karena kuda gayo telah ditetapkan oleh kementerian pertanian sebagai rumpun kuda nasional.
“Populasi kuda gayo tetap kita lestarikan dan atraksi pacuan kuda tradisional, dengan joki cilik dan kuda tanpa pelana tetap kita pertahankan, karena ini adalah budaya asli yang memiliki nilai dan daya tarik, sehingga harus terus kita jaga,” katanya.
Pacuan kuda di Aceh Tengah akan terus disemarakan dengan melibatkan lebih banyak daerah yang memiliki kuda untuk turut berpartisipasi. Untuk pacuan kuda ke depan Pemerintah Aceh Tengah berharap lebih banyak yang ikut serta dari daerah lain yang juga memiliki kuda, seperti Aceh Tenggara dan Aceh Besar.
“Dengan banyaknya daerah di Aceh yang berpartisipasi kita harapkan pacuan kuda tradisional Gayo, masuk dalam agenda pariwisata Aceh setiap tahun. Bahkan, jika kualitas pacuan kuda dapat kita tingkatkan dan banyak menyedot perhatian masyarakat dari luar, mungkin suatu saat pacuan kuda tradisional gayo akan masuk dalam kalender wisata nasional. Ini adalah cita-cita kita semua” harap Firdaus.
Untuk diketahui, Pacuan Kuda tradisional Gayo memeriahkan HUT Kota Takengon ke-442 itu diikuti oleh tiga Kabupaten, Aceh Tengah 181 kuda, Bener Meriah 122 kuda dan Kabupaten
Gayo Lues 59 Kuda.