BANDA ACEH/liputaninvestigasi.com - Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Syiah Kuala (BEM Unsyiah) melakukan aksi mengenai Reformasi den...
BANDA ACEH/liputaninvestigasi.com - Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Syiah Kuala (BEM Unsyiah) melakukan aksi mengenai Reformasi dengan tema "21 tahun Reformasi apakabar indonesia".Selasa (22/5/2019) sore.
Dalam orasi mereka menyampaikan peristiwa bersejarah pada tahun 1998 ditandai dengan lengsernya presiden kedua Indonesia yang telah lama berkuasa.
“1998 adalah saksi bisu perjuangan mahasiswa menuntut keadilan penguasa. Momentum Reformasi adalah salah satu momentum yang sangat di nantikan oleh para mahasiswa,” ujar Sumardi dalam orasi tersebut.
Menurutnya, pada 21 Mei 1998 dulu telah terjadi perjuangan oleh para pendahulu untuk membela hak rakyat, meruntuhkan rezim otoriter dengan enam tuntutan yang nyata.
Sementara mentri Polhukam M. Dwi Ardi dalam orasinya menyebutkan bahwa setelah 21 tahun Reformasi Indonesia masih belum sejahtera Negeri ini masih menjerit dengan berbagai persoalan yang ada. Indonesia sekarang apa kabarnya setelah 21 Tahun Reformasi?
Maka dari itu, para mahasiswa selaku sosial kontrol ingin menunjukkan sikap yang tidak akan tinggal diam dengan permasalahan negeri ini.
“Perjuangan reformasi yang harus kita selesaikan permasalahan yang saat ini membungkam rakyat yang bersuara akan di jegat sedangkan hukum yang dibuat seolah-olah hanya dijadikan pajangan kitab terbaik negara saja,” tegasnya.
Dalam orasinya Rifqi Ubai Sultan Wakil Ketua BEM Unsyiah juga menyebutkan bahwa utang reformasi masih banyak, semua belum mampu diselesaikan oleh petinggi rakyat, pemerintah hadir bukan sebagai solusi atas permasahan tapi sebagai orang yang hanya mengambil kekuasaan dan memanfaatkannya tidak seusai ketentuan hukum.
Contoh konkrit setelah 21 tahun refomasi masih banyak penjabat yang terjerat korupsi dari petinggi daerah sampai dengan Bupati.
Selain itu, yang sangat miris dan menjadi PR besar bagi negeri adalah pemilu 2019 ini penuh dengan tragedi dari permasalahan, awal banyaknya berita hoax, KPU salah input, hingga tragedi kemanusiaan, banyaknya KPPS yang meninggal dunia.
Data Kemenkes sebanyak 527 Petugas KPPS Meninggal, ada 11.239 orang sakit, jumlah korban sakit dan meninggal tersebut hasil investigasi Kemenkes di 28 Provinsi per tanggal 15 Mei 2019.
Sedangkan, permasalahan dokter Ani Hasibuan yang terjerat kasus ujaran kebencian padahal faktanya beliau hanya mencari solusi.
“Itu sudah menjadi bukti, beginilah potret negeri ini. Mahasiswa sebagai garda terdepan perjuangan rakyat tidak akan tinggal diam melihat problematika negeri. Kita akan turun menyuarakan kebenaran. Turun ke jalan melakukan demontrasi adalah kritik terbaik bagi pemerintah. Serta sebagai salah satu cara merawat idealisme mahasiswa,” ungkapnya
Aksi ditutup dengan pembacaan tuntutan oleh korlap dan dilanjutkan dengan doa untuk negeri dalam rintihan hujan tersebut. Korlap berharap semua pemimpin-pemimpin di negeri ini tidak mengulang sejarah reformasi lagi.
Tetapi hadirnya mereka menjadi solusi mengabarkan kesejahteraan negeri setelah 21 tahun reformasi.
Berikut adalah isi tuntutan yang mereka bacakan, yaitu.
1. Penyelenggara Pemilu harus netral.
2. Pemerintah harus bertanggungjawab dan melakukan investigasi terkait meninggalnya ratusan penyelenggara Pemilu.
3. Mendesak pemerintah membuat tim independen untuk mengungkap kematian penyelenggara Pemilu.
4. Menuntut pemerintah agar tidak menggunakan kekuasaannya untuk membungkam kebebasan berpendapat rakyat.
5. Kami mahasiswa Indonesia menyatakan perlawanan terhadap semua upaya yang mematikan demokrasi di Indonesia.
