Aceh Singkil/liputaninvestigasi.com- Talud Mega Proyek di Aceh Singkil yang berbiaya Rp21 Milyar itu patah lagi Dan lagi-lagi patah. Ret...
Aceh Singkil/liputaninvestigasi.com-
Talud Mega Proyek di Aceh Singkil yang berbiaya Rp21 Milyar itu patah lagi Dan lagi-lagi patah. Retak Dan bahkan amblas dengan sendirinya.
Menurut keterangan salah seorang warga Mustafa Kamal koordinator Aksi Akal Sehat menjelaskan tercatat kurang lebih hampir 10 titik lokasi kerusakan talud silih berganti retak.
Untuk kesekian kalinya talud mengalami kerusakan, Ada yang patah, retak Dan amblas mewarnai pekerjaan mega proyek di Aceh Singkil ini.
Padahal kalau mengacu pada besarnya anggaran tidak mungkin pengerjaannya asal asalan di kerjakan.
Dengan biaya yang cukup besar pekerjaan proyek 21 Milyar kini menjadi problem tersendiri pemerinthan kabupaten Aceh Singkil.
"talud itu patah dan amblas semenjak pekerjaan ini diputus kontraknya akibat tidak selesai dikerjakan oleh pihak rekanan, kerusakan bukan saja terjadi dititik yang baru. Namun Kondisi serupa juga terjadi dilokasi (titik) yang sama padahal sudah direhab (perbaiki) rekanan namun rusak lagi dengan sendirinya," kata Mistafa.
Atas peritiwa itu tidak cukup beralasan bila pihak pemerintah terlalu yakin itu disebabkan oleh kondisi struktur Dan fenomena Alam.
Ia juga menambahkan silahkan saja beralasan demikian, silahkan Bertopeng Dan bertamengkan fenomena Alam terhadap kerusakan talud-talud itu, tapi Kita jangan lupa Pemerintah juga tidak sedikit mencairkan biaya untuk pekerjaan proyek ini, hampir mencapai 8 Milyar Pemerintah mengeluarkan biaya, ucap Mustafa.
kerusakan saat ini tidak boleh menjadi alasan pihak rekanan.
Selain itu struktur dan fenomena alam rasionya kan sudah ditaksir bagaimana kondisi lokasi Fenomena alam sudah seharusnya di kaji dari tahap perencanaan.
Kita sekarang berada pada tahap pengawasan Dan pelaporan pekerjaan, bukan pada perencanaan lagi. Kecuali Kita mau mundur kebelakang lagi. Jika beralasan Karena faktor fenomena alam, cetus Mustafa
Dari awal kami sudah yakinkan pihak Pemerintah bahwa dampak Dari tidak selesainya pekerjaan itu (pemutusan kontrak) telah merugikan daerah, baik hasil fisik pekerjaanya Dan bahkan keuangan. Dimana itu perlu dipertanggung jawabkan secara hukum.
Nampaknya terkesan Pemerintah Aceh Singkil diam terhadap kasus ini, karena setelah hampir tiga bulan kasus ini jalan di tempat.
"Saya yakin dengan robohnya talud itu akan berdampak pada amblasnya timbunan, dan ini bukti kuat pengerjaan proyek itu asal asalan," kata Muriadi menambahkan.
Dengan adanya kasus Mega Proyek ini ketua LSM Koalisi Bersama Rakyat (KIBAR) Singkil-Subulusalam Deni Syahputra, Sp angkat bicara, persoalan ini adalah tanggung jawab kita, kasus Mega Proyek 21 sepertinya tidak jelas dan tidak becus pengendalianya.
"Saya kira ini bisa kita cari solusi yang konkret bukan bertele tele seperti ini, apalagi pihak eksekutif dan stickholder nya terkesan tidak ada itikad baik dan pro terhadap kontraktor yang terlibat untuk menyelesaikan persoalan ini, " tegas Deni.
Penulis: Rusid Hidayat Aceh Singkil